Menyiasati Tapak Rumah Urban pada Lahan Terbatas

Kebutuhan akan rumah perkotaan dengan luasan ruang yang lega seringkali terbentur dengan kondisi lahan yang sangat terbatas. Selain terbatas dari sisi ukuran, seringkali lahan yang bisa kita dapatkan juga memiliki keterbatasan lain. Keterbatasan ini antara lain yaitu: lahan berada di posisi sudut jalan, terkepung oleh bangunan sekitar yang dibangun mepet dengan lahan kita, area yang bisa dibangun terpotong oleh berbagai jenis sempadan, dan berbagai persoalan lainnya. Apabila anda termasuk keluarga yang menghadapi permasalahan serupa, tulisan mengenai cara Menyiasati Tapak Rumah Urban pada Lahan Terbatas barangkali dapat memberikan anda perspektif lain tentang hal tersebut. Mari kita simak tulisan berikut!

Kunjungi versi web tulisan ini: “rumahdaribambu.com”

Membeli dan memiliki lahan yang cukup luas dan terletak di lokasi strategis memang menjadi dambaan setiap keluarga. Namun pada kenyataannya saat ini sudah sangat sulit bagi kita untuk mendapatkan lahan/persil yang cukup ideal khususnya di kawasan perkotaan. Kalaupun kita bisa menemukan lahan tersebut, kemungkinan besar harganya sangat tinggi.

(Saya sempat mengumpulkan data lahan yang dijual di salah satu laman properti terkenal dengan teknik web scraping. Penasaran dengan data tersebut? Lihat di sini)

Salah satu tulisan mengenai fenomena harga lahan di DKI Jakarta yang menurut saya cukup menarik adalah tulisan Ramda Yanurzha di Medium berjudul “Seberapa Kaya Sih Orang Jakarta?”.

Baca juga: “Ruang yang Harus Ada pada Rumah Urban”

Kondisi lahan yang terbatas tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemilik lahan. Dalam banyak kasus, pemilik lahan seringkali berfikir bahwa memanfaatkan lahan yang ada artinya sama dengan mendirikan bangunan dengan luasan semaksimal mungkin mengikuti luas dan bentuk lahan. Hal ini dikarenakan seringkali pemilik lahan tidak mau menyadari bahwa mendirikan bangunan sampai memenuhi lahan, selain mengurangi kemampuan bangunan untuk “bernafas”, juga beresiko dari segi mitigasi bahaya kebakaran.

Nah, beberapa poin berikut dapat membantu anda merancang tata letak bangunan pada lahan sempit dan terbatas yang anda miliki sehingga dapat befungsi optimal.

1. Pahami bentuk lahan anda

Hal pertama yang perlu anda lakukan sebelum anda berusaha merancang bangunan rumah pada lahan anda yang terbatas, adalah memahami bentuk lahan anda. Dengan memahami bentuk dan semua keterbatasan yang ada pada lahan anda, paling tidak anda akan memiliki daftar potensi permasalahan yang mungkin timbul dan harus diantisipasi sejak awal.

Di sisi lain, apabila anda jeli melihat bentuk lahan anda baik secara dua dimensional maupun secara tiga dimensional, anda dapat melihat berbagai kemungkinan konfigurasi massa (bentuk) bangunan yang paling optimal. Selain itu, dengan mencermati pola aktivitas harian yang terkait dengan lahan anda (misal: lalu lintas di sekitar lahan, pola aktivitas di bangunan kanan, kiri, serta belakang lahan) dapat membantu anda merancang titik sirkulasi terbaik untuk lahan anda.

menyiasati tapak rumah urban pada lahan terbatas
Optimalisasi tapak pada lahan terbatas

menyiasati tapak rumah urban pada lahan terbatas
Macam bentuk tapak

2. Ikuti peraturan yang ada

Hal berikutnya yang perlu anda ingat adalah pentingnya mengikuti peraturan terkait bangunan gedung yang berlaku di daerah anda. Dengan mengikuti peraturan tersebut, anda secara aktif ikut menjaga keberlanjutan lingkungan binaan. Coba bayangkan, bila semua pemilik lahan yang akan membangun bangunan rumah/bangunan lain miliknya tidak mengindahkan peraturan dan mendirikan bangunan hingga menutupi seluruh lahannya. Hal ini tentunya akan mengurangi permukaan resapan tanah dan akan merugikan terutama pada musim penghujan. Permukaan tanah yang seharusnya dapat menyerap air namun ditutupi dengan beton atau aspal misalnya, akan meningkatkan surface run off yang berkontribusi terhadap terjadinya genangan dan banjir di kota-kota besar.

Selain itu, mengikuti peraturan juga dapat membantu menjaga kualitas sirkulasi udara di lingkungan rumah kita tetap baik. Sebagai contoh, dengan mengikuti aturan jarak minimal antar bangunan, anda memberikan kesempatan bagi bangunan untuk dapat “bernafas”. Memberikan jarak yang cukup antar bangunan juga berarti anda dapat menempatkan bukaan-bukaan dinding yang diperlukan untuk selalu mendapatkan aliran udara segar ke dalam rumah anda.

3. Selalu berikan ruang bagi bangunan untuk “bernafas”

Sirkulasi udara yang baik merupakan salah satu aspek penting yang akan mempengaruhi kesehatan lingkungan rumah tinggal anda. Membangun rumah hingga menghabiskan lahan anda hanya akan membuat bangunan rumah anda kesulitan “bernafas”. Hal ini dikarenakan bukaan dinding akan sulit berfungsi optimal pada dinding yang saling berhimpitan. Untuk itu, selalu berikan ruang antara yang cukup untuk memisahkan bangunan anda dengan bangunan di sekitar rumah anda. Dengan demikian, sirkulasi udara luar ke dalam atau sebaliknya akan lebih lancar.

Menyediakan void yang menghubungkan ruang lantai dasar dengan ruang pada lantai di atasnya juga dapat membantu memperlancar sirkulasi udara bersih di rumah anda. Selain itu, void juga memungkinkan cahaya alami menyebar dengan lebih baik di dalam ruangan. Untuk rumah pada lahan yang terbatas, anda dapat bereksperimen dengan ukuran void yang optimal untuk rumah anda.

4. Manfaatkan ruang vertikal

Salah satu kiat menyiasati lahan yang terbatas saat anda membangun rumah, dapat anda lakukan dengan mengoptimalkan ruang vertikal. Hal ini bisa anda lakukan dengan “mengangkat” massa bangunan. Dengan bangunan yang terangkat, sirkulasi udara dapat mengalir melalui dinding samping maupun bagian bawah bangunan itu sendiri. Hal ini juga membantu anda memperluas area yang berfungsi sebagai lubang ventilasi. Bentuk bangunan yang sedikit diangkat memungkinkan anda menempatkan ventilasi pada perimeter lantai dan membuat suhu ruangan lebih sejuk.

menyiasati tapak rumah urban pada lahan terbatas
Massa bangunan “diangkat” membantu bangunan untuk bernafas

5. Kombinasi ruang “terbuka” dan ruang “tertutup”

Kombinasi ruang terbuka dan ruang tertutup (baik secara harfiah maupun secara visual) dapat memberikan kesan luas pada lahan yang sempit dan terbatas. Pemakaian material yang semi transparan (misal: batang bambu baik utuh maupun belah, kaca transparan) dapat mengurangi kesan rigid/kaku pada ruang. Pemasangan kerai bambu sebagai elemen eksterior misalnya, dapat dilakukan untuk mempertahankan privasi pada ruang dalam yang terbuka. Selain itu kerai bambu tersebut juga dapat berfungsi menahan tampias ketika hujan dan memungkinkan pertukaran udara yang lebih baik antara ruang dalam dan ruang luar di rumah anda.

Semoga bermanfaat ya.. Bro. Ingin membaca artikel lainnya? Monggo Bro meluncur ke sini. Bila anda rasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu ya untuk klik tombol share! 🙂

Post a Comment

0 Comments