Saat anda mulai membangun rumah anda, pertanyaan mengenai “ruang apa saja yang anda perlukan” seringkali muncul di awal. Beberapa orang dapat menentukan kebutuhannya dengan mudah. Namun demikian beberapa orang kadang kesulitan untuk memperkirakan kebutuhan ruang untuk rumahnya. Hal ini lebih krusial ketika anda akan membangun/menempati sebuah rumah di kota besar yang padat. Lalu, apa yang anda pikirkan saat ingin membangun rumah di kota besar? Beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu anda menentukan ruang yang harus ada pada rumah urban.
1. Berapa jumlah anggota keluarga anda?
Saat pertama kali merancang ruang yang anda butuhkan untuk rumah anda, pertimbangan yang pertama muncul biasanya terkait dengan jumlah anggota keluarga anda. Kebutuhan ruang untuk keluarga dengan tiga, empat, lima orang anggota keluarga sangat mungkin akan berbeda.
Apabila keluarga merupakan keluarga baru yang hanya terdiri dari suami dan istri, mungkin kebutuhan ruangnya akan sangat minimal. Satu ruang tidur utama dengan toilet dan kamar mandi, serta pantry (dapur) kecil dan ruang keluarga bisa jadi sudah cukup. Keluarga yang terdiri dari tiga atau lebih anggota keluarga mungkin akan membutuhkan kamar tambahan.
2. Berapa usia masing-masing anggota keluarga?
Usia masing-masing anggota keluarga dapat dijadikan salah satu pertimbangan saat akan menentukan kebutuhan ruang di hunian anda. Anggota keluarga yang masih bayi misalnya, tidak memerlukan ruang kamar tersendiri. Bayi atau anak yang masih kecil biasanya akan tidur di kamar yang sama dengan kamar orangtua. Hal ini tentunya akan memudahkan orang tua menjaga bayi atau anaknya yang masih kecil bila sewaktu-waktu mereka membutuhkan sesuatu di malam hari.
Sedangkan anggota keluarga yang sudah dewasa idealnya membutuhkan ruang tidur tersendiri. Meskipun demikian, ruang tidur tersendiri ini sebenarnya tidak harus selalu berwujud sebagaimana yang ada di dalam pikiran orang secara umum: yaitu ruangan selebar 3×3 meter yang dibatasi dinding. Hal terkait dimensi ini akan dibahas lebih jauh di poin ke-8.
3. Berapa lama waktu yang anda habiskan di rumah?
Berapa lama waktu yang anda habiskan di rumah? Pertanyaan ini hampir mirip dengan pertanyaan: apa aktivitas anda sehari-hari, dan bagaimana polanya? Dengan mengetahui pola aktivitas anda sehari-hari, anda dapat memahami proporsi penggunaan ruang anda selama satu hari penuh, setiap harinya.
Sebagai gambaran, keluarga baru yang terdiri dari suami dan istri yang keduanya bekerja di luar rumah, kemungkinan hanya akan menghabiskan waktu selama 9 jam setiap harinya di rumah (di hari kerja), dan sedikit lebih panjang di akhir pekan (apabila tidak berliburan ke luar rumah). Sementara keluarga yang terdiri dari tiga atau empat anggota keluarga, yang orangtua bekerja sebagai wirausaha (misalnya: berjualan di toko online), maka sehari-hari mungkin akan lebih sering di rumah. Dengan demikian, keluarga kedua bisa jadi membutuhkan ruang yang lebih banyak dan nyaman.
4. Apakah ada orang lain yang akan tinggal di rumah anda?
Pertanyaan berikutnya yang dapat anda gunakan untuk memperkirakan kebutuhan ruang dalam rumah anda adalah apakah terdapat orang lain yang akan tinggal di rumah anda (dalam rentang waktu panjang/pendek)? Orang lain itu dapat saja orangtua anda, keluarga/saudara anda, atau asisten rumah tangga (ART)/pengasuh anak, dan sebagainya.
Apabila jawaban pertanyaan tersebut adalah “ya”, berarti anda perlu memikirkan kebutuhan ruangnya. Tentunya hal ini harus disesuaikan juga dengan jawaban atas pertanyaan ketiga di atas. Sehingga, misalnya untuk ART yang hanya bekerja pada siang hari, mungkin tidak membutuhkan ruang tidur tersendiri. Namun, apabila yang tinggal adalah orang tua atau kerabat anda, tentu idealnya mereka perlu ruang tersendiri.
5. Apakah anda lebih suka ruang yang bersekat atau ruang yang “mengalir”?
Pilihan akan ruang bersekat atau ruang yang mengalir (open plan) tentu akan terkait erat dengan preferensi penghuni terhadap pilihan tingkat privasi v.s kemudahan sirkulasi dan kesan luas. Bagi anda yang tidak merasa risih apabila aktivitas anda di dapur/pantry terlihat oleh tamu misalnya, bisa saja pilihan open plan yang dipilih (catatan: meskipun anda memilih ruang yang lebih terbuka/mengalir, tidak berarti anda tidak bisa menyiasati aspek privasi. Anda masih bisa mendapatkan privasi dengan misalnya penempatan partisi dari bahan-bahan yang tidak rigid, misal dari kain, manik-manik, dan sebagainya).
Apabila privasi adalah hal yang benar-benar penting bagi anda, ruang bersekat bisa menjadi pilihan. Akan tetapi, anda perlu ingat bahwa dengan menyekat ruang secara penuh/rigid, kesan luas ruang akan berkurang signifikan. Tentunya hal ini juga perlu diperhitungkan khususnya untuk rumah urban yang memiliki luasan yang terbatas.
6. Berapakah luas tanah anda (khusus untuk rumah tapak)?
Khusus untuk rumah urban yang berupa rumah tapak, luas tanah yang terbatas perlu disikapi dengan bijak. Kebutuhan ruang untuk rumah urban yang berupa rumah tapak perlu diperhitungkan dengan baik. Hal ini agar ruang yang dihasilkan optimal, mengingat rumah tapak akan terpengaruh dengan beberapa poin peraturan seperti luasan maksimal bangunan terhadap lahan (KDB), luasan ruang terbuka hijau minimal (KDH), dan ketinggian bangunan (KLB).
Pada umumnya, KDB bangunan rumah tinggal adalah sebesar 60% dari luas lahan. Sehingga, jika luas lahan yang anda miliki adalah 100 m², luasan lantai dasar bangunan rumah anda tidak boleh melebihi 60 m². Selain itu, penempatan tapak bangunan (building footprint) juga akan mempengaruhi susunan ruang dalam. Apabila lahan sudah terkepung dengan bangunan di sekitarnya, adanya Garis Sempadan Bangunan (GSB) dapat mempengaruhi penempatan bukaan dinding. Ini artinya, ruang-ruang dalam yang memerlukan sirkulasi udara yang baik harus ditempatkan pada sisi yang berbatasan langsung dengan udara luar (untuk menghindari munculnya konfigurasi “ruang dalam ruang”).
7. Apakah yang dikatakan peraturan terkait di daerah anda tentang ruang minimal yang harus ada?
Sebelum memutuskan ruang apa saja yang diperlukan dan akan dibangun, ada baiknya anda melihat peraturan terkait yang ada di daerah anda. Sebagai contoh, peraturan daerah bangunan gedung di DKI Jakarta mempersyaratkan ruang minimal yang harus ada untuk bangunan yang berfungsi sebagai hunian tempat tinggal, yaitu ruang penggunaan pribadi, ruang bersama, dan ruang pelayanan. Sementara itu, ruang penunjang pemenuhan kebutuhan penghuni rumah dapat ditambahkan bila dipandang perlu (opsional). Bagaimanakah dengan peraturan terkait di daerah anda?
8. Ruang terdiri dari empat dimensi, karenanya optimalkan pemanfaatan empat “dimensi ruang” ini.
Kita terbiasa melihat ruang sebagai sesuatu yang berwujud secara fisik. Ketika ditanya mengenai ruang tidur, misalnya: “seperti apa ruang tidur anda?”, kita biasanya secara spontan akan menjawab: “ruang tidur saya cukup luas, berukuran 3×3 meter dengan satu kamar mandi dalam”. Pemahaman ini bukanlah pemahaman yang keliru. Namun demikian, untuk dapat mengoptimalkan ruang, kita perlu melihat ruang sebagai integral dari empat dimensi: panjang, lebar, tinggi, dan waktu.
Setiap ruang dalam rumah memiliki elemen panjang, lebar, dan tinggi (elemen 3 dimensi) yang umum kita ketahui. Dimensi ini mendefinisikan seberapa besar ruangan yang ada. Ruang sendiri pada esensinya hanyalah suatu “wadah”, sehingga hal mendasar yang perlu ada dalam mindset kita saat kita ingin menentukan kebutuhan ruang, adalah bahwa ruang adalah “wadah bagi aktivitas”.
Sebagai wadah yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi, ruang dapat dioptimalkan dengan mengeksploitasi panjangnya, lebarnya, atau tingginya. Dalam praktik sehari-hari, kita biasanya cenderung terjebak pada optimalisasi panjang dan lebar, dan melupakan optimalisasi tinggi ruang. Di sinilah salah satu rahasia penting merancang ruang yang efisien.
Optimalisasi tinggi ruang, bersama dengan panjang dan lebar ruang, meningkatkan pemahaman kita akan ruang sebagai makhluk tiga dimensional yang memiliki volume. Namun, jangan lupakan, ruang juga memiliki elemen ke empat, yaitu waktu.
Sebagai wadah dari suatu aktivitas, ruang memiliki elemen waktu di dalamnya. Pernahkah anda berfikir, ketika anda pulang dari kantor anda yang cukup luas itu, apa yang terjadi dengan ruangan kantor anda? Kosong, bukan? Hal yang sama terjadi dengan ruangan di rumah minimalis anda. Ketika semua penghuni rumah pergi beraktivitas pada siang hari, ruangan di rumah anda akan kosong. Dengan memahami pola aktivitas semua penghuni rumah dalam rentang waktu hariannya, maka anda akan bisa memaksimalkan penggunaan ruangan di rumah anda, bahkan jika rumah anda adalah rumah yang mungil saja.
Semoga bermanfaat ya.. Bro. Ingin membaca artikel lainnya? Monggo Bro meluncur ke sini. Bila anda rasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu ya untuk klik tombol share! 🙂
0 Comments