Desain rumah sederhana minimalis, ternyata tidak hanya bermanfaat diterapkan untuk penduduk di kawasan perkotaan dengan luas lahan yang terbatas.
Ternyata, di kawasan yang merupakan kawasan rawan bencana desain rumah semacam ini juga bisa dimanfaatkan untuk membangun hunian sementara, atau dalam dunia Disaster Risk Management (DRM) sering disebut dengan istilah huntara.
Hari Sabtu petang kemarin, 25 November 2017, masyarakat Pulau Bali dan masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan berita mengenai letusan Gunung Agung. Letusan ini merupakan letusan kedua setelah beberapa hari sebelumnya Gunung Agung juga mengeluarkan asap tebal.
Letusan freatik itu dikabarkan memuntahkan asap tebal hingga mencapai ketinggian 1.5 kilometer. Menurut Kepala Pusdatin dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho sebagaimana dikutip di laman National Geographic Indonesia, letusan freatik merupakan letusan yang diakibatkan tekanan tinggi dari uap air di dalam gunung.
Dengan kembali meletusnya Gunung Agung ini, masyarakat sekitar harus kembali diungsikan di tempat-tempat pengungsian.
Kembali ke desain rumah sederhana minimalis yang dapat diterapkan pada kawasan huntara atau hunian sementara bagi para pengungsi yang diakibatkan oleh kejadian bencana, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai Kementerian teknis yang membidangi urusan perumahan dan permukiman, ternyata telah memiliki prototipe desain rumah yang dapat diterapkan juga untuk huntara.
Model rumah ini dinamakan RISHA, atau Rumah Instan Sederhana Sehat. RISHA sendiri, sesuai Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat (RSH) merupakan salah satu solusi rumah sederhana instan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), pengungsi bencana, maupun difungsikan untuk rumah darurat.
Menurut laman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, teknologi RISHA merupakan teknologi rumah knock down yang memungkinkan pembangunan rumah sederhana dapat dilakukan dengan cepat.
Baca juga: “Dua Hal Penting bagi Rumah Urban Anda: Udara dan Cahaya”
Hal ini dikarenakan semua bahan pembangunan sudah dibuat lebih dahulu (prefabrikasi) dalam bentuk rangka dan panel-panel. Dengan demikian, untuk membangun rumah model ini tidak diperlukan lagi pemasangan dinding bata maupun melalui proses pengecoran rangka yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
Uniknya, biaya yang dibutuhkan untuk membangun RISHA ini hanya sekitar 50 juta rupiah, untuk rumah tipe 36. Harga komponen dan panelnya pun cukup murah, yaitu 50 ribu Rupiah sampai dengan 160 ribu Rupiah untuk panel kusen dan panel dinding, dan dari 90 ribu Rupiah sampai dengan 110 ribu Rupiah untuk komponen panel struktural P1 sampai dengan P3.
Model rumah ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama, yaitu sejak tahun 2004. Namun agaknya, tingkat penyerapan rumah knock down ini di pasar properti untuk kebutuhan rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) masih rendah.
Menurut laman Kementerian PUPR, RISHA mampu dibangun menjadi dua lantai. Hanya saja terdapat beberapa persyaratan teknis yang harus diikuti, antara lain: beban hidup maksimal adalah beban hidup yang diperuntukkan untuk rumah tinggal sederhana yaitu 125 kg/m2. Selain itu tidak diperkenankan adanya perubahan fungsi ruangan selain untuk rumah tinggal karena hal ini mengubah pembebanan pada elemen struktur bangunan.
Syarat lainnya adalah konstruksi lantai yang digunakan untuk RISHA dua lantai adalah struktur lantai papan kayu dengan lantai/pelapis keramik/beton. Untuk struktur lantai, tidak diperkenankan dengan beton bertulang.
Referensi:
[1] Balitbang Kementerian PUPR – http://eproduklitbang.pu.go.id/risha/
0 Comments