Dapur merupakan salah satu fokal poin terpenting dari suatu rumah. Sebagai sebuah ruangan, dapur merupakan salah satu ruangan yang paling sering anda akses setiap hari mulai dari pagi hari, siang hari, hingga malam hari. Karenanya, menciptakan dapur aman dan nyaman sangat penting bagi anda.
Saya teringat satu kejadian yang cukup menegangkan saat saya menimba ilmu di München, salah satu kota paling menawan di negeri Jerman.
Kami bertiga –saya dan dua orang teman dari Indonesia– tinggal di sebuah rumah kontrakan (Wohnung) di pinggiran Kota München, tepatnya di bilangan Waldperlach. Sebuah kompleks permukiman yang berjarak kurang lebih delapan kilometer dari kampus tempat saya menimba ilmu.
Wohnung yang kami tempati adalah Wohnung yang menurut saya sudah cukup bagus karena terdiri dari dua buah kamar berukuran cukup besar yang bisa diisi dua bed dan ditinggali 2 orang, satu ruang berkumpul sekaligus tempat penyimpanan lemari pakaian –yang pada akhir masa-masa studi kami, ditempati salah satu teman sekelas kami dari Kanada–.
Selain itu tempat yang kami sewa tersebut juga memiliki satu ruang makan, sebuah dapur dengan peralatan memasak yang lengkap, dan sebuah ruang bawah tanah untuk ruang cuci dan jemur –yang dipakai bersama penghuni rumah lantai satu dan lantai dua–. Kebetulan rumah di lantai dua dihuni tetangga yang salah satunya juga berasal dari Kanada, dari Italia, dan seorang lagi entah dari mana karena belum pernah secara langsung bertemu.
Siang itu karena sedang libur dan tak ada kuliah, kami menghabiskan waktu di rumah saja. Membaca beberapa artikel jurnal, berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia, atau sekedar menonton TV online di rumah –karena TV di Jerman entah kenapa acaranya tidak cukup menarik, bahkan siaran pertandingan Sepakbola pun tidak ada hehehe..–.
Ketika sedang asyik-asyiknya dengan kegiatan kami masing-masing, tiba-tiba teman sekamar saya yang sedang menonton film di laptop meloncat dari tempat tidur sambil berucap “Waduuhh, laliii aku…!” (“Aduuh, saya lupaa!”) dan langsung berlari menuju dapur.
Tentu saya juga ikut-ikutan kaget dan buru-buru bangun dan mengikutinya berlari ke dapur.
Benar saja, baru berlari keluar kamar saja saya sudah melihat kepulan asap yang cukup banyak memenuhi ruang makan kami. Dapur kami kebakaran!
Sebagai mahasiswa rantau yang tempat perantauannya jaraknya ribuan kilometer dari rumah, kebakaran yang terjadi di dapur Wohnung kami waktu itu sukses membuat jantung saya dag-dig-dug kencang.
Anda bayangkan saja, kami tinggal di negeri yang aturan administrasinya saja sangat ketat, apalagi aturan hukumnya, pasti lebih ketat.
Saat melihat api yang berkobar di atas kompor induksi dan mulai melahap sebagian cooker hood serta kitchen set bagian atas di sela asap yang mengepul, teman saya langsung membuka jendela dapur untuk mengeluarkan asap dan langsung mengambil penggorengan yang masih ada di atas kompor yang menyala-nyala.
Sambil berlari keluar membawa penggorengan yang menyala untuk memadamkan sumber api, dia cuma menitipkan pesan pendek kepada saya yang berdiri di belakangnya waktu itu: “Mas, tulung patenono genine!” (“Mas, tolong matikan apinya!”).
Sungguh itu menjadi tugas berat yang tiba-tiba menghampiri pundak saya.
Bagaimana tidak, saya membayangkan apa yang akan terjadi kalau seandainya saya gagal memadamkan api yang sudah mulai menjalar ke kitchen set si empunya rumah. Tapi yang ada di pikiran saya waktu itu, bagaimanapun caranya saya harus bisa memadamkan api agar kebakaran tidak membesar karena kami tak punya waktu lagi memperingatkan penghuni lantai atas.
Tanpa pikir panjang, karena api semakin membesar dan seingat saya tabung pemadam terdekat dipasang di basement sehingga tak ada waktu lagi untuk berlari naik turun tangga, saya berusaha menjangkau kitchen sink yang ada di sisi seberang dari kitchen set yang tengah terbakar.
Segera saya ambil mangkuk yang ada di dekat saya, saya hidupkan keran, dan saya segera menyiram lidah api beberapa kali dengan air.
Suara desis air yang terkena kobaran api beberapa kali terdengar seiring dengan munculnya uap air yang bercampur dengan asap.
Setelah sekitar tiga kali percobaan Alhamdulillah akhirnya api pun berhasil padam.
Namun, meskipun api sudah padam saya tak berani begitu saja mendekat. Jelas, saya tak tahu pasti apakah air yang saya guyurkan barusan bersentuhan dengan kabel-kabel baik di cooker hood yang sempat terbakar atau kabel lampu di kitchen set yang juga terbakar sebagian.
Sambil menunggu asap keluar dari jendela yang sudah terbuka lebar, saya langsung menghampiri teman saya yang nampaknya juga baru saja berhasil menjinakkan api yang membakar penggorengan beserta seluruh gorengan yang ada di dalamnya. Karena semuanya sudah menghitam, saya sendiri sudah lupa apa yang sebenarnya digoreng oleh teman saya waktu itu.
“Genine wes mati!” (“Apinya sudah padam!”), kata saya.
Sambil bernafas lega, meskipun masih sambil deg-degan, saya dan teman saya ketawa bareng.
Untunglah setelah kejadian itu kami sampaikan ke pemilik rumah yang menyewakan rumahnya kepada kami dan mereka lakukan pengecekan, kami hanya harus membayar ganti rugi saja sebesar 700 Euro. Kalau dikonversikan ke rupiah, yah sekitar 12 jutaan Rupiah lah.. he he he… Cukup untuk memberikan pelajaran berharga pada kami semua betapa pentingnya menjaga agar dapur dalam kondisi yang aman dan nyaman.
Nah, agar anda tak menghadapai persoalan yang serupa, ada baiknya anda #BukaInspirasi untuk ciptakan dapur aman dan nyaman dengan beberapa tips di bawah ini yang dapat anda terapkan di rumah anda:
- Sediakan tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang berada di lokasi yang mudah terjangkau dari ruangan yang sekiranya memiliki tingkat resiko kebakaran yang tinggi, seperti misalnya dapur. Usahakan alat tersebut rutin diperiksa sehingga bisa difungsikan pada keadaan-keadaan darurat;
- Sediakan pula karung goni di lemari penyimpanan di dapur anda. Anda dapat menggunakannya untuk memadamkan api yang masih kecil dengan cara membasahinya dengan air terlebih dahulu dan menutupkannya ke api untuk mencegah api mendapatkan oksigen/udara. Jika anda tidak yakin apakah ada kabel yang terbakar atau tidak, sebisa mungkin matikan listrik rumah terlebih dahulu dan sebisa mungkin gunakan APAR atau pemadam khusus untuk menghindari korsleting atau terkena setrum, hanya gunakan air dalam kondisi yang sangat terpaksa;
- Dapur anda haruslah memiliki jendela yang dapat dibuka dengan cukup lebar agar sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat semisal kebakaran yang berasap tebal, anda dapat membuang asap melalui jendela tersebut;
- Khusus untuk kelengkapan dapur yang rawan, seperti misalnya cooker hood, perlu anda pilih yang memiliki material yang baik dan tidak mudah terbakar. Hindari cooker hood yang terbuat dari bahan campuran plastik;
- Pakailah peralatan dapur yang berkualitas baik dan dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Anda dapat memilih peralatan dapur yang baik di sini.
Bagaimana, semoga kisah ini dapat menginspirasi anda ya untuk meningkatkan keamanan dapur anda dan rumah anda.
Apabila anda punya pengalaman inspiratif yang serupa, jangan sungkan untuk membagikannya di kolom komentar! 🙂
Semoga bermanfaat!
0 Comments