Rumah Minimalis di Indonesia: Betulan Minimalis?

Apakah saat ini anda sedang mencari berbagai informasi dan ide desain tentang rumah minimalis di Indonesia?

Apakah anda telah menemukan berbagai artikel yang membahas dan memberikan informasi kepada anda 10, 20, 50, atau bahkan 100 lebih ide desain dan contoh gambar rumah minimalis?

Ketika anda mengetikkan kata pencarian “rumah minimalis” di laman mesin pencari, anda sangat mungkin akan menemukan gambar-gambar seperti ini:

Hasil pencarian di Mesin Pencari untuk kata “rumah minimalis” | Sumber: Google / the respective copyright holder

Akan sangat jarang anda menemukan gambar-gambar sebagaimana berikut ini:

Hasil pencarian di mesin pencari untuk kata “minimalist architecture”| Sumber: Google / the respective copyright holder

Apabila anda perhatikan dengan seksama, anda akan segera menemukan perbedaan yang cukup mencolok dari percobaan sederhana tersebut (selain memang kata kunci/keyword pencariannya yang sedikit berbeda).

Lalu, mengapa bisa demikian? Manakah ide desain yang layak anda ikuti? Yang mana sih desain minimalis yang sebenarnya?

Pertanyaan semacam itu kemudian bisa saja muncul di benak anda setelah melihat perbedaan gambar-gambar tersebut.

Apabila ditilik dari perspektif benar atau salah, bisa saja seorang arsitek mengatakan bahwa interpretasinya terhadap “minimalist design” adalah yang paling benar. Sehingga, baik arsitek yang merancang bangunan rumah minimalis sebagaimana terlihat dalam hasil pencarian pertama maupun arsitek yang merancang bangunan minimalis sebagaimana terlihat di gambar hasil pencarian yang kedua akan sama-sama kekeuh bahwa arsitektur minimalis-nya lah yang sebenar-benarnya minimalis.

Sebelum saya membahas mengenai hal ini dan sebelum anda membaca lebih jauh lagi, ada baiknya saya memberikan jeda waktu kepada anda untuk bertanya kepada diri anda sendiri: Apa itu minimalis?

rumah minimalis

Bagaimana, sudah mendapatkan jawabannya?

Kata Minimalis menurut literatur sangat lekat dengan segala hal yang mengembalikan sesuatu hingga yang tinggal hanyalah elemen-elemen paling pentingnya saja. [1] Sedangkan “Minimalism“,  merupakan gerakan yang pada awalnya muncul di dunia seni murni dan seni visual untuk mengembalikan sesuatu pada hal-hal yang esensial saja, dan meninggalkan hal lain yang tidak esensial. Gerakan ini sendiri muncul sekitar tahun 1967-1978. [2]

Mulai agak njlimet, bukan? 🙂

Kalau dalam dunia arsitektur, kalau saya boleh menggunakan bahasa sederhana saja: “Apanya sih yang lebih penting dari suatu karya Arsitektur? Bungkusnya apa isinya?”

Hal ini sih sebenarnya juga sangat debatable alias sangat terbuka untuk didiskusikan. Kalau dalam bahasa ilmiahnya, diskursus mengenai hal ini sampai sekarang pun juga masih terjadi.

Lha terus, gimana enaknya?

Mungkin anda pernah mendengar kutipan tulisan Lao Tzu dalam Tao Te Ching berikut ini: [3]

Shape clay into a vessel;

It is the space within that makes it useful.

Cut doors and windows for a room;

It is the holes which make it useful.

Therefore benefit comes from what is there;

Usefulness from what is not there.

Artinya kurang lebih, ketika kita membentuk tanah liat menjadi sebuah vas, atau saat kita membuat lubang pintu atau jendela, apa yang sebenarnya berguna adalah ruang kosong yang ada di dalam vas, di pintu maupun di jendela. Itulah “ruang”, yang dibentuk oleh sesuatu, yaitu pembatas-nya (dalam hal ini bentuk fisik vas, kusen dan daun pintu, serta kusen dan daun jendela).

Dalam literatur yang lain, Tanko Panin dalam disertasinya menukil mengenai teori “Raum” dan “Bekleidung” yang digagas Gottfried Semper, Schmarshow, Camillo Sitte, Otto Wagner, dan Adolf Loos yang menekankan bahwa arsitektur pada dasarnya dibentuk dari dua elemen utama paling penting yaitu “Raum” yang bisa diartikan sebagai ruang/space dan “Bekleidung” yang dapat diartikan sebagai penutup/pembatas. [4]

Sampai di sini, mungkin anda malah menjadi bingung. Tapi tenang saja, saya sarankan anda menonton video berikut ini yang bercerita mengenai apa itu arsitektur secara sederhana dan mudah dipahami, sebelum anda melanjutkan membaca! [5]

Setelah menonton video di atas, saya yakin anda akan sedikit lebih mudah memahami beberapa hal yang saya tuliskan di atas.

Nah, saatnya kembali ke pertanyaan awal kita: “Manakah ide desain yang layak anda ikuti? Yang mana sih desain minimalis yang sebenarnya?”

Dari sini, saya rasa anda sudah ngeh dengan kemungkinan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Tapi, untuk semakin meyakinkan anda, mari kita lihat profil beberapa arsitek yang disebut-sebut sebagai arsitek yang masuk dalam aliran Minimalism.

Nah, di atas ini merupakan beberapa Arsitek Minimalis menurut hasil pencarian Google jika anda mengetikkan kata “minimalist architecture” atau “architect minimalist”.

Mari kita lihat satu-satu.

Hasil pencarian untuk kata kunci “John Pawson architecture” | Sumber: Google / the respective copyright holder

Hasil pencarian untuk kata kunci “Peter Zumthor architecture” | Sumber: Google / the respective copyright holder

Dari beberapa gambar tersebut, perbedaan apa yang menurut anda terlihat dengan jelas pada karya-karya arsitek minimalis tersebut dengan apa yang banyak ditawarkan sebagai “rumah minimalis” atau “rumah bergaya minimalis” oleh para developer di tanah air?

Saya bantu menjawab salah satunya:

Cahaya“.

Ya, pencahayaan menjadi salah satu elemen paling penting dari arsitektur bergaya minimalis. Karena, dengan reduksi yang dilakukan hingga menyentuh level ‘hanya elemen penting saja yang boleh ada dalam suatu bangunan minimalis’, maka seorang arsitek minimalis pasti akan berupaya memanfaatkan cahaya untuk mempertegas kedalaman ruang yang ada.

Ketika panca indera kita menerima informasi berupa kedalaman ruang, seketika itu juga kita bisa memperkirakan jarak antar elemen di dalam ruangan. Hal ini sangat penting untuk arsitektur berlanggam minimalis, karena ruang dalam bangunan minimalis biasanya minim ornamentasi atau hiasan-hiasan.

Selain itu, cahaya dan bayangan yang terbentuk, secara bersama-sama memberikan “jiwa” pada suatu bangunan arsitektur minimalis, terlepas dari apapun fungsi bangunan tersebut (museum, rumah, perpustakaan, kantor, dsb). Hal inilah yang pada akhirnya membentuk “pengalaman ruang” seseorang ketika berada pada sebuah ruang.

Bagaimana, sudah bisa menentukan rumah minimalis mana yang akan anda ambil? 🙂

Referensi:

[1] http://www.academicjournals.org/journal/JFSA/article-full-text-pdf/3A668BC6040, diakses 1 September 2018 (di sini)

[2] http://www.stedmunds.org.uk/wp-content/uploads/2016/05/Design-Movements-Timeline.pdf, diakses 1 September 2018 (di sini)

[3] https://www.goodreads.com/quotes/tag/tao-te-ching (di sini)

[4] https://search.proquest.com/docview/305311929 (di sini)

[5] MAYAnMAYA Youtube channel (www.maya.com)

Post a Comment

0 Comments